Sabtu, 20 Desember 2014

Hari Haru

Tiga hari sudah aku menikmati hiruk pikuk Ibu Kota di bulan november, hampir setiap bualnya aku berkunjung ke sana setelah pengukuhan PB PMII dan aku resmi menjadi bagian di struktural periode 2014-2016,  namun untuk saat ini tujuan utamaku untuk mengikuti seleksi wawancara beasiswa S2, aku datang dengan penuh harap dan begitu percaya diri, ada manfaatnya juga petuah guru-guruku dan pengalaman serta penggemblengan dari senior-seniorku, minimalnya ku lebih percaya diri dan paham persoalan sekitar, dan semuanya harus aku lakukan sendiri tidak boleh banyak berharap pada orang, dan seblumnya juga aku tak percaya bisa meleati seleksi administrasi. Syukur ku ucapkan tiada henti-hentinya, aku teringat waktu seminggu sebelum mengupload berkas persyaratan untuk beasiswa, minder dan bahkan hampir aku putus asa untuk mendaftarkan diri, karena masih ada beberapa persyaratan yang belum. aku merasa ada energi yang begitu kuat mendorong bahwa aku harus segera bicara pada ibu untuk meminta mpun dan ridha, semoga ada titik terang darinya..  mulanya aku agak kaku,,dan sulit mendpatkan perhatian serta fokus bicara, malah awalnya mengira, aku ingin ngobrol khusus dengannya, eehhh ibu sangka aku ingin bicara soal peminangan dan kawin, haduh2 sampaii saat ini pun aku tak tau mau nikah kapan, bahkan dengan siapa akan menikah pun tidak tahu,,orang bilang aku jomblo akut...ya sudahlaahh..aku rapopo,,  kembali aku berusahamengarahkan pembicaraan, akhirnya obrolan kami mencair, bahkan saat itu suasana begitu haru, saling berbagi kisah kasih, aku semakin hanyut karenaibu menceritakan riwayat saat seusiaku,, bahkan beliaudulu ingin pergi ke arab saudi menjadi TKW,, oohh Ibu betapa pilunya kisahmu, aku semakin bersyukur dan bangga, mempunyai orang tua sepertinya, tak terasa waktu menunjukan semakin sore, dan obrolan kami harus segera berakhir, Ibu mengakhirnya dengan do'a restu dan suport yang begitu berarti, mengantarkan aku pda semangat untuk tetap hidup, bertahan, berjuang bahkan berperang sekalipun.
aku telah mendapatkan jiwa yang separuhnya telah pergi, dan aku melanjutkan untuk mendaftarkan diri di program beasiswa LPDP. dan aku dinyatakan lulus seleksi administrasi, ketika mendapatkanya aku bahagia karena hendak mengabarkan berita bahagia kepada ortu, karena pasca wisuda, aku lom bisa berbuat apa-apa untuk mereka, dan melalui inilah harapanku bisa membuat mereka bahagia.
senjapun tiba, awan mendung menyelimuti langit ibu kota, tepatnya di Salemba Tengah III, Jakarta Pusat, mendadak aku teringat orang tua, aku sms mamah,
" lagi apa mah..?"
"lagi tiduran sakit ga bisa bangun,"
"dduaarrr" hatiku bagai disambar halilintar setelah membaca jawaban sms dari mamah, membuyarkan konsentrasi yang tengan mempersiapkan diri untuk menghadapi tes besok, aku gelisah dan semakin tidak karuan... akhirnya ku telpon untuk mendengar suaranya, heuum telponya ga di angkat,, lima menit kemudian HP ku berdering, mamah menghubungiku..
" ada apa teh ,.. ??" (suaranya begitu tertatih dan lirih)
" Oh,, ga apa2..(tak tahan ingin menangis)
"ya maaf tadi ga diangkat, soalnya lagi solat, solatnya aaja sambil duduk, teteh doainnya di sana" " jangan lupa baca do'a"(spertinya menangis )
aku ingin segera mengakhiri pembicaraan karena air mata ku t'lah menetes dari tadi, dan aku tidak ingin menampakan kesedihan..
"ya mah mamah doain juga.."
"teteh lagi apa, ?"
"lagi baca-baca aja, udah dulu ya mah ... " ( air matanya semakin deras, namun suaranya tertahan, terasa begitu sakit,)
"teteh udah hubungin bapa belum.. "
"belom.."
"bapanya, nanya aja teteh uda sms belum,, yaudah bapanya dikabari, di sms atau telpon.."
" ya, assalamualaikum"
"waalaikumsalam"
setelah percakapan itu aku menarik diri dari buku-buku, artikel dan leptopku, untuk menangis dan mengadu padaNya.. Ya rabb mudahkanlah segala urusanku..
setelah salat magrib aku telpon bapa, memenuhi janjiku pada mamah. sambil menikmati tempe mendoan yang ku beli disekitar taman..
telponnya diangkat, pertanyaan bapa seputar keadaanku di jakarta, sama siapa? betah ga? uangnya masih ada ga ? pulang kapan ? dan  udah makan belum ?, tentunya aku jawab semuanya baik-baik saja dan dengan nada seriang mungkin, meskipun lain dari kenyataannya, karena aku mau membuatnya tenang tanpa pikiran hanya akan membuatnya sakit, tentang anak gadisnya di perantauan. aku myakinkan bahwa semuanya baik-baik saja, meskipun aku harus menahan jangan sampai menangi, karena pertanyaanya begitu menusuk bagian dalam hatiku, bahkan sangat dalam, sampai-sampai tidak terukur kedalamannya. semuanya menyadarkan aku akan kasih sayangnya dan perjuangannya. hari itu penuh haru, dan aku menikmatinya sepanjang malamku dengan linangan air mata...
oh ibu dan bapa, tak usah kau khawatir anak gadismu cukup kuat untuk melalui itu,, karena kalian terlalu kuat mendidiknya.. maka cukuplah bekal yang kalian berikan untuk masa depannya, bahkan lebih karena aku tak bisa membayarnya dengan apapun, aku ingin do'a restumu yang mengantarkan aku..
salam cinta teruntuk Ibunda Yeni Latifah dan Ayahanda Ahmad Syifa, kalian sungguh luar biasa. :D





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Roller Coaster Emosi

Dalam perjalanan hidup kita pasti mengalami pasang surut, dan keadaan yang sering kali berubah-berubah, terkadang kita dihadapkan dengan b...